Greatnesiaadalah wadah untuk berbagi cerita tentang alam, budaya indonesia, seni, kuliner, tradisi, pariwisata dan kehebatan Indonesia. Masuk Mengenal Sejarah Bendera Merah Putih. FOLLOW US. 589 Fans Suka. 26 Pengikut Mengikuti. 23 Pengikut TENTANG KAMI. Greatnesia adalah wadah untuk berbagi cerita tentang Ragam Adat, Alam, Budaya Choose a language Dahulu kala ada seorang gadis yang sangat miskin yang selalu berjalan dengan kaki telanjang. Pada hari ibunya meninggal, Karen, begitulah namanya, diberi sepasang sepatu merah oleh Ny. Shoemaker. Sepatu kecil itu terbuat dari kain, tapi itu adalah sepatu terindah yang pernah dimiliki Karen. Saat Karen berjalan di belakang peti mati ibunya dengan sepatu merahnya, sebuah kereta yang luar biasa lewat. Wanita tua kaya didalam kereta melihat Karen berjalan dan mengasihaninya. “Datang dan tinggallah bersamaku, gadis manis,” katanya. Dan begitulah yang terjadi. Karen datang untuk tinggal bersama wanita tua itu dan diberi pakaian baru yang indah. Sepatu merah itu dibuang karena wanita tua itu menganggapnya mengerikan. Karen menyesal tentang itu, tetapi jauh lebih bahagia daripada sebelumnya. Suatu hari ratu datang ke kota dengan putri kecil. Semua orang datang untuk melihat sang putri. Karen juga ingin melihat gadis kecil itu sekilas. Ketika dia melihat sang putri berdiri di sana, dia melihat gadis kecil itu mengenakan sepatu merah yang indah. Sepatu putri jauh lebih cantik daripada sepatu merah yang dulu dimiliki Karen. Dia sedikit iri Kalau saja aku punya sepatu seperti itu sendiri,’ pikirnya. Beberapa tahun kemudian Karen cukup umur untuk diterima di gereja. Dia menerima pakaian baru khusus untuk tujuan ini. Wanita tua itu juga mengijinkannya membuat sepatu baru. Ditempat pembuat sepatu, Karen segera melihat sepatu merah yang indah, persis seperti yang dipakai sang putri bertahun-tahun yang lalu. Karen langsung tahu bahwa dia ingin sekali sepatu ini. Wanita tua itu tidak akan pernah menyetujuinya, tetapi karena dia tidak bisa lagi melihat dengan baik, Karen tetap memutuskan untuk membeli sepatu itu. Keesokan harinya, Karen berjalan melewati gereja dengan sepatu barunya. Tidak ada yang bisa mengalihkan pandangan dari sepatu kulit yang jelas mencolok itu. Tentunya ini bukan sepatu yang kamu pakai di gereja! Sementara itu, Karen tidak bisa memikirkan hal lain. Akibatnya, dia nyaris tidak mendengar apa yang dikatakan pendeta dan melewatkan kebaktian penting. Dia bahkan lupa berdoa. Ketika Karen keluar dari gereja dengan wanita tua itu setelah kebaktian selesai, ada seorang tentara tua berdiri di pintu. Prajurit itu melihat sepatu Karen dan berkata, “Itu sepatu untuk menari, bukan untuk ke gereja. Dia mengetuk sol sepatu. Tetap mantap saat menari’. Karen mendadak mendapat perasaan yang tak tertahankan bahwa dia harus menari. Dengan hati-hati dia melakukan satu langkah tarian dan tiba-tiba tidak bisa berhenti menari. Dia dimasukkan kedalam kereta wanita oleh para pengawas, tetapi disanapun dia tidak berhenti menari. Dia bahkan menendang wanita tua itu! Untungnya, mereka kemudian melepaskan sepatu merah dari kakinya dan kakinya menjadi tenang. Di rumah, sepatu itu langsung masuk ke lemari, tetapi Karen tidak bisa melupakan sepatu itu. Beberapa waktu kemudian, wanita tua itu jatuh sakit. Karen merawatnya sebaik mungkin, sampai suatu hari dia mendengar bahwa akan ada pesta besar malam itu. Karen memakai sepatu merahnya dan meninggalkan wanita tua itu sendirian. Tapi begitu Karen membuat satu langkah dansa, sepatu itu mengambil kendali lagi. Karen tidak bisa menahan diri untuk tidak menari. Sepatu itu membawanya jauh ke dalam hutan yang gelap. Saat itu, Karen ketakutan dan sedih. Dia mencoba melepas sepatu kecil itu, tetapi sepatu itu benar-benar tersangkut di kakinya. Dia menyesali keputusannya untuk meninggalkan wanita tua itu sendirian dan merasa sangat bersalah. Karen menari siang dan malam, melintasi ladang dan jalan, dan terkadang melintasi kota. Belum pernah sebelumnya dia merasa begitu sendirian. Suatu hari Karen menari melewati rumah algojo. “Tolong aku!” dia memanggilnya. Dan dia melakukannya. Dia memotong sepatu dari kaki Karen dan membuat kaki kayu baru yang indah untuknya. Sementara itu, sepatu terus menari, menuju cakrawala. Karen dengan cepat kembali ke kota, di mana dia menjalani kehidupan yang baik dan tenang. Dan dia tidak pernah lagi mencari pakaian cantik. Downloads Ebook PDF – Unduh dan Cetak
Sepatumerah menginjakkan kakinya diatas duri dan tunggul sampai kaki Karen menjadi berdarah-darah, dia menari menjauh, menuju sebuah rumah kecil di dalam hutan. Dia tahu, disana hiduplah seorang tukang jagal, Karen mengetukkan jemarinya ke jendela rumah itu dan berkata: "Keluarlah, tolong keluarlah tuan!
Karen adalah seorang anak yang amat cantik. Ia tinggal bersama ibunya yang sedang sakit keras. Karena ibunya tak lagi bisa berekja, maka Karenlah yang bekerja. Ia mencuci dan membersihkan rumah para tetapi uang yang di peroleh sangatlah sedikit. Karen sangat miskin ia tidak mampu membeli sepatu, sehingga ia selalu berjalan dengan bertelangjang kota tempat Karen tinggal ada sebuah toko sepatu. Ibu pemilik toko sepatu itu selalu iba ketika melihat Karen yang berjalan tanpa alas kaki.“Kasihat anak itu, aku akan membuatkan sepasan sepatu untuknya” batin ibu itu. Lalu ia membuat kan sepasan sepatu merah untuk Karen.“Indah sekali, terima kasih bu!” Karen yang tak bisa menahan rasa gembiranya. Lalu ia bergegas pulang karena ingin memperlihatkan sepatu barunya kepada ibunya.“Sepatu yang sangat cantik…benar-benar bagus…” kata ibunya dengan suara kecil yang terbata-bata. Ssetelah itu ibunya menutup mata perlahan-lahan.“Ibu, ibu kenapa? Ibu!!!” Karen terus menangis sambil memanggil-manggil saat hari pemakaman.“Seharusnya aku memakai sepatu hitam, tapi aku tidak punya uang untuk membelinya. Tak mungkin pula aku bertelangjan kaki pada saat uacara pemakaman.” kata Karen dalam sangat terpaksa ia menggunakan sepatu merahnya.“Indahnyaa” lirihnya dalam hati penuh rasa bangga. Pergilah Karen ke pemakaman ibunya dengan sepatu merahnya. Orang-orang terkejut melihat Karen berjalan di samping peti jenazah dengan sepatu itu.“Anak yang aneh, memakai sepatu merah pada saat upacara pemakaman” gumam mereka tahu bahwa itu tak pantas, tapi apa boleh buat hanya itu sepatu yang ia miliki. Ia tak ingin bertelanjang kaki di hari pemakamam tengah jalan di seberang makam, lewatlah sebuah kereta kuda yang besar. Tiba-tiba kereta itu berhenti dan turunlah seorang nenek yang kelihatannya kaya. Nenek itu merasa iba melikat Karen sebatang kara.“Bolehkah saya memelihara anak ini pak pendeta?” pinta nenek saja pak pendeta justru amat bahagia karena kehidupan Karen mengira berkat sepatu merahnya, namun dugaan Karen salah. Saat melihat sepatu yang dikenakan nenek itu malah berkata “Kau tidak boleh memakai sepatu merah saat pemakaman” Karen menurutinya dan segera itu Karen dibesarkan dengan kasih saying. Ia tumbuh menjadi gadis yang cantik, siapapun akan mengakui kecantikannya. Suatu hari nenek mengajak Karen ke toko sepatu untuk membeli sepatu hitam. Tapi Karen justru bertarik kepada sepasang sepatu merah.“Sepatu merah yang indah! Aku pilih ini saja. Nenek pasti tidak tahu. Penglihatannya kan sudah kabur.” Kata KarenTernyata benar dugaan Karen. Nenek tidak mengetahui warna sepatu yang harinya, Karen pergi ke gereja dengan sepatu merah. Orang-orang terkejut melihatnya. “Ya ampun gadis itu dating ke gereja memakai sepatu merah…”kata orang-orang membicrakannya. Sementara orang lain berdoa dan mendengarkan pendeta Karen hanya berpikir tenteng sepatu merahnya. Uparara doa selesai. Saat nenek dan Karen hendak pulang, seseorang memberitahunkan nenek tentang sepatu merah yang digunakan Karen. Nenek amat sangat itu Karen berjanji kepada nenek untuk tidak memakai sepatu merah ke gereja lagi. Namun, pada minggu selanjutnya Karen mengulaginya lagi. Di depan gereja berdiri seorangf prajurit yang sudah tua. Ketika meihat Karen menggunakan sepatu merah, didekatinya Karen dengan wajah yang menakutkan. “Sepatu merah melekatlah pada kaki anak itu dan menarilah!” katanya pada sepatu berpura pura tak mendengar. Lalu ia masuk ke gereja, dicobanya berdoan dengan khusyuk, tapi pikirannya masih tetap kepada sepatu merah. Tak lama kemudian, upacara doa pun Karen hendak naik ke kereta kuda, prajurit yang tua mendekatinya lagi.“Sepatu merah, menarilah!” saja Karen mulai menari tanpa kendali. Sepatu merah membuatnya berputar-putar tanpa dapat di kendalikan.“Aa…. Tolooong !!” teriak Karen ketakutan.. Karen berusaha menghentikannya, tetapi sepatu merah tetap menari sesuai kehendaknya pejalan kaki berusaha membantu Karen melepas sepatunya. Namun sepatu merah itu menendang-nendang mereka, juga nenek. Karen bertambah bingung. “Buang saja sepatu itu” teriak nenek saking hari datang undangan pesta dari istana. Saat itu nenek sedsng sakit keras, dan Karen harus merawatnya. Namun, Karen ingin sekali dating ke pesta itu. Nenek yang baik hati, mengizinkan Karen pergi.“Karen, jangan pakai sepatu merah itu.. bagaimana bagusnya…” pesan tetapi Karen tidak mempedulikannya. Ia tetap memakai sepatu merahnya, dan pergi ke istana meninggalkan nenek yang sedang di istana, Karen langsung diajak oleh pangeran untuk berdansa dengannya.“Benar-benar seprti mimpiii…” kata Karen dengan bangga.. Sepatu itu membawa Karen menari tanpa henti lsgi. Dengan kemauannya sendiri sepatu iti berputar ke kanan dan ke kiri dengan sama sekali bukan tarian yang indah. Pangeran dan tamu lainnya terkejut berusaha menuruni tangga istana. Sepatu merah it uterus menari tanpa kendali.“Tolong lepaskan sepatu ini!” teriak Karen. Tak seorang pun dapat menghentihan Karen. Mereka hanya bisa melihat Karen dengan perasaan iba. Sambil terus menari, ia masuk ke rima yang gelap. Disana ia betemu dengan prajurit yang sama.“Hey, sepatu merah menari nlah lebih cepat” teriak prajurit itu.“Aku mohon hentikan” teriak Karen. Namun sepatu merah itu menari lebih cepat dan membawa Karen menari sampai sampailah Karen di sebuah makam. Disana sedang ada upacara pemakaman. Ternyata itu adalah upacara pemakaman nenek yang telah merawatnya.“Nenek maafkan aku, aku telah meninggalkanmu.” Ratap Karen dalam hari telah tiba, Karen terus menari melewati duri-dri semak yang telah menusuk badannya.“Sakiit…! Toloong…! Maafkan aku!” teriak Karen. Sepatu merah itu membawa Karen ke sebuah pondok penebang kayu.“Aku mophon potong kakiku. Jika tidak dia akan terus membuatku menari.” Pinta Karen kepada penebang kayu sambil menangis. Tanpa bisa berbuat penebang kayu itu memotong kaki Karen. Kaki yang terpotong itu masih menari dan masuk ke hutan tubuh Karen berhenti bergerak. “Terima kasih, Tuhan. Aku ini hanyalah anak jelek yang mementingkan diri sendiri” sesal Karen dalam kayu itu merasa iba melihat Karen, dan ia membuatkan Karen sepasang kaki palsu yang terbuat dari kayu. “Mulai sekarang, jadilah anak yang baik” kata Penebang kayu kepada kemudian kembali ke gereja dan bekerja tekun disana. Bila pekerjaannya telah selesai, ia berdoa pada tuhan dengan sungguh-sungguh. Ia selalu mendoakan neneknya dan tak lupa mohon ampun atas segala hari ia berdoa dengan hati yang bersih. “Nenek, aku ingin menjadi anak yang baik,” janjinya didepan makm suatu hari, datanglah seorang bidadari di hadapan Karen. “Karen kau telah menjadi anak yang baik, tuhan telah memaafkanmu,”kata sang bidadari. Kebaikan hati Karen telah sampai ke surga. Di hadapan Karen kuini tampak jalan yang bersinar. Jalan itu menuju surga. Mata Karen berkaca-kaca Karen bahagia. Dengan wajah bersinar ia naik ke surga bersama sang Bidadari. BeliProduk Sepatu Prewalker Anak Bayi Import Berkualitas Dengan Harga Murah dari Berbagai Pelapak di Indonesia. Tersedia Gratis Ongkir Pengiriman Sampai di Hari yang Sama. Adabanyak cara untuk memaknai Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.Seperti halnya pendaki perempuan termuda Indonesia yang hendak mengibarkan sang saka Merah Putih di Puncak Gunung Elbrus di Rusia.. Ialah Khansa Syahlaa, pendaki berusia 16 tahun tersebut bercerita kepada kumparan soal rencana pendakiannya untuk memeriahkan HUT RI ke-77.
· sambutan hari raya aidilfitri karangan upsr malaya contoh karangan dan cerita tentang pengalaman di hari raya idul adha 1442 h in 2021 karangan . Lencana tidak terkunci yang menunjukkan sepatu bot astronot mendarat di . Hari raya iddul fitri, hari kemenangan bagi umat islam, setelah satu bulan berpuasa ramadhan.
Sepatuhitam berpola merah dengan dominasi warna hitam itu terlihat masih layak untuk dipergunakan, setidaknya masih pantas untuk sekedar dipakai beraktivitas. Aku bertemu sepatu itu sekitar dua tahun yang lalu, setelah berputar-putar seantero jagad sepatu di kota solo akhirnya perjalananku berakhir di sebuah toko tas berjudul "ISTANA TAS".
guJJd.
  • nr3db6f1dn.pages.dev/137
  • nr3db6f1dn.pages.dev/58
  • nr3db6f1dn.pages.dev/474
  • nr3db6f1dn.pages.dev/437
  • nr3db6f1dn.pages.dev/543
  • nr3db6f1dn.pages.dev/578
  • nr3db6f1dn.pages.dev/546
  • nr3db6f1dn.pages.dev/275
  • cerita tentang sepatu merah