PakuanPajajaran atau Pakuan (Pakwan) atau Pajajaran (Aksara Sunda Baku: ᮕᮊᮥᮃᮔ᮪ ᮕᮏᮏᮛᮔ᮪) adalah ibu kota (Dayeuh dalam Bahasa Sunda Kuno) Kerajaan Sunda Galuh yang pernah berdiri pada tahun 1030-1579 M di Tatar Pasundan, wilayah barat pulau Jawa. Lokasinya berada di wilayah Bogor, Jawa Barat sekarang. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan menyebut nama kerajaan
Haiii sahabat Tailneko, mumpung sekarang sekolah udah FULLDAY, libur jadi dua hari deh! Maka dari itu, saya bisa luangin waktu untuk share ilmu lebih ke kalian. Kali ini, saya akan membagikan materi sejarah dan kehidupan mengenai Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Melayu lengkap dan ringkas. Jadi, kalian ga usah deh ribet-ribet cari materi sejarah yang buanyaknya minta ampun itu. Download PPT Enjoy!!! KERAJAAN PAJAJARAN Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran Bogor di Jawa Barat yang terletak di Parahyangan Sunda. Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti kota. Sejarah menyebutkan bahwa awal berdirinya Kerajaan Pajajaran ini adalah pada tahun 923 dan pendirinya adalah Sri Jayabhupati. Bukti-bukti ini didapat dari Prasasti Sanghyang berumur 1030 Masehi yang ada di Suka Bumi. A. Kehidupan Politik Akibat sumber-sumber sejarah yang terbatas, aspek kehidupan politik tentang Kerajaan Sunda/Pajajaran hanya sedikit saja yang diketahui. Aspek kehidupan politik yang diketahui terbatas pada perpindahan pusat pemerintahan dan pergantian takhta raja. Daftar Raja Sri Baduga Maharaja 1482 – 1521 Surawisesa 1521 – 1535 Ratu Dewata 1535 – 1543 Ratu Sakti 1543 – 1551 Ratu Nilakendra 1551-1567 Raga Mulya 1567 – 1579 Jayabhupati Rahyang Niskala Wastu Kencana Rahyang Dewa Niskala Rahyang Ningrat Kencana Sri Baduga MahaRaja Hyang Wuni Sora Ratu Samian Prabu Surawisesa Prabu Ratu Dewata Puncak Kejayaan Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan. Sang Maharaja membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Memperteguh pertahanan ibu kota, memberikan desa kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat pagelaran bermacam-macam formasi tempur, pamingtonan tempat pertunjukan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan. Perpindahan Pusat Pemeritahan Kerajaan Galuh Prasasti Canggal yang ditemukan di Gunung Wukir, Jawa Tengah tahun 732 M dibuat oleh Sanjaya dan menyebutkan bahwa Sanjaya adalah anak Sanaha, saudara perempuan Raja Sanna yang berkuasa di Kerajaan Galuh. Agama yang berkembang pada masa Kerajaan Galuh adalah Hindu Syiwa. Hal itu dinyatakan dengan jelas pada Prasasti Canggal. Pusat Kerajaan Prahajyan Sunda Prasasti Sahyang Tapak yang ditemukan di Pancalikan dan Bantarmuncang daerah Cibadak, Sukabumi menyebutkan bahwa pada tahun 1030 Jayabhupati membuat daerah larangan di sebelah timur Sanghyang Tapak berupa sebagian sungai yang siapa pun dilarang mandi dan menangkap ikan di dalamnya. Siapa pun yang melanggar larangan akan terkena kutukan yang mengerikan, misalnya akan terbelah kepalanya, terminum darahnya, atau terpotong-potong ususnya. Pusat Kerajaan Kawali Menurut prasasti di Astanagede Kawali, diketahui bahwa setidak-tidaknya pada masa pemerintahan Rahyang Niskala Wastu Kancana pusat kerajaan sudah berada di situ. Istananya bernama Surawisesa. Raja telah membuat selokan di sekeliling keraton dan mendirikan perkampungan untuk rakyatnya. Pusat Kerajaan Pakuan Pajajaran Setelah Raja Rahyang Ningrat Kancana jatuh, takhtanya digantikan oleh putranya, Jayadewata atau Sri Baduga Maharaja. Ia menjalankan pemerintahan berdasarkan kitab hukum yang berlaku sehingga terciptalah keadaan aman dan tenteram, tidak terjadi kerusuhan atau perang. Pada masa itu, penduduk Kerajaan Sunda sudah ada yang memeluk agama Islam. B. Kehidupan Ekonomi Pertanian merupakan kegiatan mayoritas rakyat Sunda. Berdasarkan kitab Carita Parahyangan dapat diketahui bahwa kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Sunda umumnya bertani, khususnya berladang berhuma. Kerajaan Sunda-Pajajaran memiliki setidaknya enam pelabuhan penting Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa, dan Cimanuk. Setiap pelabuhan ini dikepalai oleh seorang syahbandar yang bertanggung jawab kepada raja. Para syahbandar ini bertindak sebagai wakil raja di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasainya, sekaligus menarik pajak dari para pedagang yang ingin berjualan di daerah ini berupa kiriman upeti berwujud barang dagangan yang mahal atau uang. Dalam hal transportasi air, selain melalui laut, dilakukan pula melalui sungai-sungai besar seperi Citarum dan Cimanuk, sebagai jalur perairan dalam negeri. Meskipun pusat kekuasan Kerajaan Sunda berada di pedalaman, namun hubungan dagang dengan daerah atau bangsa lain berjalan baik. Di kota-kota pelabuhan Pajajaran diperdagangkan lada, beras, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hewan piaraan. C. Kehidupan Sosial-Budaya Berdasarkan kitab Sanghyang Siksakandang Karesian, kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Sunda dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain sebagai berikut. Kelompok Rohani dan Cendekiawan Kelompok rohani dan cendekiawan adalah kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan di bidang tertentu. Misalnya, brahmana yang mengetahui berbagai macam mantra. 2. Kelompok Aparat Pemerintah Kelompok masyarakat sebagai alat pemerintah negara, misalnya bhayangkara bertugas menjaga keamanan, prajurit tentara, hulu jurit kepala prajurit. 3. Kelompok Ekonomi Kelompok ekonomi adalah orang-orang yang melakukan kegiatan ekonomi. Misalnya, juru lukis pelukis, pande mas perajin emas, pande dang pembuat perabot rumah tangga, pesawah petani, dan palika nelayan. Kehidupan masyarakat Kerajaan Sunda adalah peladang, sehingga sering berpindah-pindah. Oleh karena itu, Kerajaan Sunda tidak banyak meninggalkan bangunan yang permanen, seperti keraton, candi atau prasasti. Candi yang paling dikenal dari Kerajaan Sunda adalah Candi Cangkuang yang berada di Leles, Garut, Jawa Barat. Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Hasil budaya masyarakat Kerajaan Sunda berupa karya sastra, baik tulis maupun lisan juga jenis-jenis batik. Bentuk sastra tulis, misalnya Carita Parahyangan; sedangkan bentuk satra lisan berupa pantun, seperti Haturwangi dan Siliwangi. KERAJAAN MELAYU Kerajaan Melayu merupakan sebuah kerajaan Buddha yang berada di Pulau Sumatera, tepatnya di Pulau Swarnadwipa atau Swarnabumi yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas. Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari. A. Kehidupan politik Daftar raja 1183 – Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa 1286 – Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa 1316 – Akarendrawarman 1347 – Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa 1375 -Ananggawarman Kerajaan Melayu mencapai puncak perkembangan pada masa pemerintahan Adityawarman. Wilayah kekuasaan nya mencakup seluruh pantai timur Sumatra. Hingga tahun 1347 M, Adityawarman memperluas wilayah kerajaan nya sampai Pagaruyung, Sumatra Barat. Perpindahan pusat pemerintahan Pada abad ke-7 berpusat di Minanga, Pada abad ke-13 berpusat di Dharmasraya, dan diawal abad ke 15 berpusat di Suruaso atau Pagaruyung. Pada tahun 692 M, Kerajaan Melayu ditaklukan Sriwijya. Namun, pada tahun 1275, kerajaan ini pulih kembali dengan menguasai Sriwijaya serta perdagangan di Selat Malaka. Raja Kertanegara dari Singasari melakukan Ekspedisi Melayu untuk menjalin persahabatan serta menggalang kekuatan militer bersama untuk membendung kemungkinan serangan dari bangsa Mongol. B. Kehidupan ekonomi Kerajaan Melayu memegang peranan penting dalam dunia pelayaran dan perdagangan antara India dan Cina dengan daerah-daerah Indonesia bagian Timur. C. Kehidupan sosial budaya Beberapa benda arkeologis yang ditemukan menunjukkan bahwa telah berlangsung aktifitas masyarakat yang berpusat di daerah Sungai Batang Hari. Temuan benda-benda keramik juga membuktikan bahwa penduduk Kerajaan Melayu telah hidup dengan tingkat budaya yang tinggi. Temuan arca-arca Budha dan candi juga menunjukkan bahwa, mereka merupakan masyarakat yang religius. Penduduk Kerajaan Melayu sebagian besar memeluk agama Buddha. Seorang pendeta dari India bernama Dharmapala didatangkan untuk mengajarkan agama ini. Sumber http///
KondisiPolitik Kerajaan Pajajaran Pajajaran sebagai nama kerajaan, ditemukan terutama di dalam naskah-naskah yang lebih bernilai sastra. Namun kisah atau bukti kejayaan Pajajaran lebih banyak dikisahkan dalam Carita Pantun, dalam Carita Pantun menyebutkan tiga buah daerah yang disebut Pajajaran. Yaitu Pajajajran Timur, Pajajaran Tengah dan Kerajaan Pajajaran atau disebut Kerajaan Sunda, merupakan Kerajaan bercorak agama Hindu. Letak Kerajaan Pajajaran di Parahyangan Sunda, dengan Ibu Kota di Pajajaran. Dikenal juga dengan sebutan Pakuan Pajajaran. Kata pakuan atau pakuwan berarti kota. Disebut Pakuan Pajajaran karena pada masa itu, orang Asia terbiasa menyebut kerajaan dengan nama ibu kotanya. Maka dari itu disebut Pakuan Pajajaran atau Kota Pajajaran. Kerajaan Sunda dibangun sejak tahun 923 oleh Sri Jayabuphati. Sedangkan Pakuan Pajajaran resmi diakui sebagai kerajaan saat Jayadewata naik tahta pada tahun 1482 dengan gelar Sri Baduga Maharaja. Sejarah Kerajaan Pajajaran banyak dikisahkan di banyak kitab cerita, pantun kisah babad, dan prasasti – prasasti peninggalan Kerajaan ini. Dan berakhir di tahun ini munus merangkum untuk Anak Nusantara, mengenai Sejarah Kerajaan Pajajaran, Letak nya, Silsilah Kerajaan , Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran dan masih banyak lagi. Mari simak artikel berikut Letak Kerajaan PajajaranSumber Sejarah Kerajaan PajajaranNaskah-NaskahPrasasti Sumber Sejarah Lain meliputiSejarah Kerajaan PajajaranSilsilah Kerajaan PajajaranMasa Kejayaan PajajaranRuntuhnya Kerajaan PajajaranPeninggalan Kerajaan PajajaranJika Anak Nusantara pernah ke daerah Bogor. Disitulah Letak Kerajaan Pajajaran, yang dulu merupakan sebuah daerah bernama Pakuan. Dikisahkan oleh Bujangga Malik, Letak Kerajaan dibatasi oleh Sungai Cimapali atau sekarang bernama Kali Pemali. Bagian barat adalah Selat Sunda. Bagian utara dibatasi Pantai Utara Jawa sampai Brebes, dan untuk wilayah selatan wilayahnya dibatasi oleh Laut Selatan atau Samudera Hindia. Artikel TerkaitIlustrasi Kerajaan Pajajaran pada Masa Jaya, foto oleh metropolitan,idCatatan Tome Pires juga mengisahkan bahwa Letak Kerajaan ini adalah seluruh wilayah jawa barat saat ini. Selain itu juga disebutkan letak Kerajaan Pajajaran juga meliputi wilayah Jawa Sejarah Kerajaan PajajaranSetiap kejayaan sebuah kerajaan tentunya memiliki peninggalan-peninggalan. Peninggalan tersebut tentunya menjadi sumber sejarah, termasuk kerajaan ini. Selain itu terdapat naskah-naskah kuno, dan sumber sumber lain. Adapaun sumber Sejarah Kerajaan Pajajaran antara lainNaskah-Naskah Babad Pajajaran Carita Parahiangan Carita Waruga Guru Carita Kidung SundayanaPrasasti Prasasti Batu Tulis, Bogor Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi Prasasti Rakyan Juru Pengambat Prasasti Horren Prasasti AstanageneSumber Sejarah Lain meliputi Tugu Perjanjian Portugis, Kampung Tugu, Jakarta Taman Perburuan, sekarang menjadi Kebun Raya Bogor Berita asing dari Tome Pires 1513 Berita asing dari Pigafetta 1522Sejarah Kerajaan PajajaranSebelum kerajaan berdiri, terdapat beberapa kerajaan yang sudah ada di wilayah Jawa Barat. Seperti Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Kawali. Kerajaan tersebut juga merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan sejarah kerajaan ini didirikan pada tahun 923 oleh Sri Jayabuphati sebagaimana tertulis di Prasasti Sang Hyang Tapak di desa Bantar Muncang dan Pancilakan dari melemahnya Kerajaan Majapahit, anggota kerajaan dan rakyatnya mengungsi ke Kerajaan Galuh, yang teletak di Kuningan, Jawa Barat, di masa pemerintahan Raja Dewa Niskala. Pada saat itu, Raja Dewa Niskala menerima dengan tangan terbuka para pengungsi Kerajaan Majapahit. Raja Dewa Niskala juga sempat jatuh cinta dan memperistri salah satu pengungsi dari rombongan Raden pernikahan Raja Dewa Niskala dengan pengungsi dari Kerajaan Majapahit mendapat penolakan dari Raja Susuktunggal, saudara kandungnya yang juga Raja Kerajaan Galuh. Karena Raja Dewa Niskala telah melanggar peratutan turun temurun yaitu dilarangnya pernikahan antara Orang Sunda-Galuh dilarang menikah dengan orang keturunan Majapahit. Terjadilah pertikaian antara Raja Dewa Niskala dan Raja kerajaan mendamaikan keduanya, dengan hasil kedua raja tersebut harus turun tahta, dan digantilah Jayadewata atau Prabu Siliwangi, putra dari Dewa Niskala dan menantu Susuktunggal. Akhirnya Jayadewata menyatukan kedua kerajaan menjadi Pajajaran. Sejak tahun 1475 lah Kerajaan Sunda ini resmi dibentuk. Silsilah Kerajaan PajajaranBerikut adalah silsilah Kerajaan Pajajaran dan sedikit penjelasannyaSri Baduga Maharaja 1482 – 1521, raja pertama Pajajaran, sekaligus pendiri kerajaan. Saat itu pusat pemerintahan berada di Pakuan. Meskipun menjadi raja pertama, beliau sudah bisa merengkuh kejayaan Pajajaran. Nama tenarnya adalah Prabu Siliwangi. Sang Prabu saat itu berhasil memakmurkan kehidupan kerajaan, salah satunya adalah dengan membangun jalan utama yang menghubungkan antara Pakuan dan Wanagiri. Beliau juga membuat Talaga Maharena Wijaya untuk pengairan pertanian 1521 – 1535, menjabat selama 14 tahun dan masih berpusat di Pakuan. Pada saat itu kejayaan kerajaan masih Dewata 1535 – 1543, hanya menjabat selama 8 tahun. Beliau masih dalam satu garis keturunan Baduga Maharaja. Selama kepemimpinannya sudah mulai timbul gejolak kejayaan kerajaan. Pemerintahannya mulai kacau, ditambah saat sedang kacau beliau malah memilih meninggalkan jabatanya menjadi Sakti, bertahta di Pakuan, 1543 – 1551. Beliau juga sangat sebentar menjabat menjadi raja. Selama pemerintahanya tidak terlihat pembaikan keadaan kerajaan. Sifat buruknya adalah menghambur-hamburkan kekayaan kerajaan dan bermain wanita. Ratu Nilakendra 1551-1567, Kerajaan mulai terlihat keruntuhannya. Diketahui saat masa jabatannya Ratu Nilakendra sempat kabur karena serangan dari Maulana, yaitu anak dari Sunan Gunung Jati. Silsilah Kerajaan yang terakhir, Raga Mulya 1567 – 1579, bertahta selama 12 tahun, dengan pusat di Pandeglang. Beliau dikenal dengan Prabu Surya Kencana. Sama seperti Ratu Nilakendra, Raga Mulya juga memiliki sifat buruk yang menonjol, sering sekali mabuk-mabukkan. Dari sifatnya itu membuat keadaan kerajaan semakin kacau. Tercatat Raga Mulya adalah Raja terakhir Pajajaran. Kerajaan ini berhasil ditaklukan oleh Maulana Yusuf dari Banten. Kemudian Maulana Yusuf sempat jadi raja,namun dengan atas nama kerajaan Sunda yang selanjutnya menjadi Kerajaan Kejayaan PajajaranBerbeda dengan kerajaan lain, yang berjaya pada kepemimpinan raja-raja kesekian. Masa Kejayaan Kerajaan Sunda ini justru kebalikannya. Selama kerajaan ini berdiri, masa jayanya adalah pada awal-awal dibangun. Yakni pada masa Sri Baduga Maharaja, atau Prabu Siliwangi. Beliau berhasil membawa Masa Kejayaan Pada Kerajaan Ini. Segala aspek beliau kembangkan, dari perekonomian, pertahanan, bahkan sampai aspek Siliwangi berhasil membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, mebangun jalan utama yang menghubungkan Ibukota Pakuan dan Wanagiri. Pemperkuat pertahanan kerajaan, membuat pertunjukan, menyusun undang-undang kerajaan. Dari segi spiritual beliau sengaja membuat sebuah desa khusus pendeta, ini bertujuan agar kehidupan beragama berjalan tersebut merupakan masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran, yang tentunja membuat rakyatnya semakin nyaman dan Juga Kerajaan Banten Sejarah, Nama Raja, dan PeninggalanRuntuhnya Kerajaan PajajaranRuntuhnya Kerajaan ini disebabkan oleh serangan dari Kesultanan Banten pada tahun 1579. Berakhirnya kerajaan ini ditandai dengan diboyongnya singgahsana raja yang disebut Palangka Sriman Sriwacana, berupa batu berukuran 200x160x20 cm. Singgahsana ini dipindahkan dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana ini dilakukan atas dasar tradisi politik, agar di Pakuan Pajajaran tidak ada penerus raja baru. Hal ini juga pertanda bahwa kekuasaan Sunda saat itu sudah berpindah tangan ke Maulana Yusuf sebagai pemegang kekuasaan tahta. Peninggalan Kerajaan PajajaranDari masa kejayaan sampai masa runtuhnya Kerajaan ini tentunya memiliki peninggalan-peninggalan sebagai bukti eksistensinya pada masa itu. Berikut Ini adalah rangkuman peninggalan Kerajaan Pajajaran berupa prasasti Prasasti Cikapundung, ditemukan tahun 2010, diduga berasal dari abad ke 14. Prasasti ini berisikan tulisan sunda kuno dan terdapat beberapa gambar telapak tangan, kaki dan wajah. Tulisan di prasasti peninggalan Kerajaan Pajajaran ini berarti, “Semua manusia di dunia ini dapat mengalami suatu apapun. Prasasti Huludayeuh, terletak di Kampung Huludayeuh, Desa Cikalahang, Kecamatan Sumber, Cirebon. Menceritakan kebijakan Sri Maharaja Ratu Haji di Pakwan Sya Sang Ratu Dewata untuk memakmurkan rakyatnya. Prasasti Pasir Datar, disimpan di Museum Nasional. Prasasti ini belum bisa diterjemahkan isinya karena kondisinya tidak utuh. Peninggalan Kerajaan Pajajaran ini ditemukan tahun 1872, di daerah Pasir Datar, Cisande, Perjanjian Sunda Portugis, ditemukan tahun 1918 di Jakarta. Dibuat untuk perjanjian antara Portugis dan Pajajaran, yang diwakili oleh Enrique Leme. Prasasti Ulubelu, ditemukan tahun 1936, di Lampung, daerah Ulubelu. Meskipun prasasti ini ditemukan di daerah Sumatera, diduga prasasti ini termasuk Peninggalan Kerajaan Pajajaran abad 15, karena terbukti menggunakan bahasa Sunda Kebon Kopi 2,tahun 932 M, ditemukan di dekat lokasi Prasasti Pasir Datar atau Prasasti Kebon Kopi 1. Ditemukan pada abad 19.
SejarahBerdirinya Kerajaan Pajajaran, Negara Indonesia Wow Banget, Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajajaran Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya
Pakwan Pajajaran atau Pakuan atau Pajajaran adalah ibu kota dari Kerajaan Sunda yang pernah berdiri pada tahun 1030-1579 M di Tatar Pasundan, wilayah barat pulau Jawa. Pada masa lalu, di Asia Tenggara terdapat kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya, sehingga Kerajaan Sunda sering disebut sebagai Kerajaan Pajajaran. Menurut peta Portugis, lokasi Pajajaran berada di suatu wilayah yang saat ini merupakan bagian dari Bogor, Jawa Barat.[1] Sumber utama sejarah yang mengandung informasi mengenai kehidupan sehari-hari di Pajajaran dari abad ke-15 sampai awal abad ke-16 dapat ditemukan dalam naskah kuno Bujangga Manik. Nama tempat, kebudayaan, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat pada masa itu digambarkan secara terperinci dalam naskah kuno tersebut.[2] Denganini kerajaan Pajajaran bertempat di Pakuan Pajajaran dengan tahun berdiri mulai 1030-1579 M. Prabu Siliwangi menerapkan asas Egalitarianisme yang berarti menerapkan kesetaraan dalam kehidupan sosial. 2. Surawisesa (1521 - 1535 M) Beliau tidak terlalu memahami istilah politik maupun kepemimpinan. Beliau lebih taat dalam beragama.

Menurut Carita Parahyangan, kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 669 591 saka. Sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Kerajaan Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir Sri Maharaja Linggawarman tahun 666-669, memiliki dua anak, semuanya perempuan. Dewi Manasih putri sulungnya menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua Sobakancana Daputa Hyang Sri Janayasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, juga bawahan kerajaan Tarumanagara, bernama Wretikandayun 612-702 memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara serta mendirikan Kerajaan Galuh yang mendiri. Tarusbawa memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan, tempat dimana sungai Ciliwung dan Cisadane berdekatan dan berjajar, sedangkan Tarumanagara menjadi kerajaan bawahannya. Batas antara Sunda dan Galuh ini adalah sungai Citarum Sunda disebelah Barat, Galuh disebelah Timur. Pada masa pemerintahan Sana raja ketiga Galuh, saudara seibu Sana yang bernama Purbasora melakukan kudeta, Sana meminta bantuan Tarusbawa. Atas bantuan Tarusbawa, Sanjaya berhasil merebut kembali tahta di Galuh. Hubungan baik ini berlanjut menjadi hubungan kekeluargaan, putra Sana, Sanjaya menikahi putri Tarusbawa. Sepeninggal Tarusbawa, Sanjaya menyatukan kembali kerajaan Sunda dan Galuh. Ketika ia kembali ke Mataram untuk meneruskan tahta ibunya Sanaha, Sanjaya menyerahkan Sunda dan Galuh kepada seorang putranya. Dalam prasasti Sang Hyang Tapak yang ditemukan di daerah Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat berangka tahun 1030 M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno dan huruf Kawi, disebutkan seorang raja bernama Maharaja Sri Jayabhupati dan berkuasa di Prahajyan Sunda atau sebutan lain dari kerajaan Sunda/Pajajaran, bukan sebuah kerajaan sendiri. Prasasti ini menyebutkan adanya pemujaan terhadap tapak kaki. Terlihat juga bahwa Raja Jayabhupati memeluk agama Hindu aliran Siwa. Hal ini jelas ditunjukan oleh gelarnya yaitu Wisnumurti. Raja Jayabhupati digantikan oleh Rahyang Niskala Wastukencana, dan kemudian baru disebut-sebut nama Raja Sri Baduga Maharaja, yang dalam kitab Pararaton diceritakan terlibat dalam perang Bubat denga kerajaan majapahit pada tahun 1357. Raja Pajajaran berikutnya adalah Prabu Ratu Dewata memerintah 1535 – 1543. Pada masa pemerintahannya terjadi serangan dari Banten kerajaan bawahan Sunda yang telah bercorak Islam, si bawah pimpinan Maulana Hassanudin. Serangan berikutnya masih dari Kerajaan Banten, kali ini dipimpin oleh Maulana Yusuf, pada tahun 1579. Serangan ini mengakhiri riwayat kerajaan Sunda pajajaran, yang disimbolkan dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana singgasana raja dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong karena tradisi politik agar di Pajajaran tidak dimungkinkan lagi penobatan raja baru, serta menandakan bahwa Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah buyut perempuannya adalah putri Sri Baduga Maharaja, raja Sunda. Singgasan tersebut saat ini bisa kita jumpai di depan bekas keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, yang berarti mengkilap atau berseri. Konon, saat ditaklukn Banten sejumlah Punggawa kerajaan Pajajaran meninggalkan Istana dan menetap di daerah menerapkan tata cara kehidupan Mandala yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang baduy mereka menyebut dirinya urang kanekes atau orang kanekes. Meski demikian, kebenaran asal muasal orang baduy sebagai bekas punggawa istana Pajajaran masih menjadi kontroversi. sumber ratna hapsari m adil. sejarah indonesia SMA/MA kelas X. ERLANGGA

Padamasa pemerintahannya, Demak menguasai Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau para tentara Portugis yang mendarat disana (1527), Tuban (1527), Surabaya dan Pasuruan (1527), Madiun (1529), Malang (1945), dan dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (). Letak Kerajaan Demak,Sejarah Kehidupan Politik Kehidupan Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik Kerajaan PajangKehidupan Ekonomi Kerajaan PajangPada masa kekuasaan Kerajaan Pajang, Sultan Hadiwijaya memindahkan wilayah kekuasaannya dari pesisir ke daerah pedalaman yaitu di daerah Pajang. Peralihan pusat kekuasaan ini menyebabkan berubahnya corak kehidupan masyarakatnya dari maritim menjadi Kerajaan Pajang mengandalkan pada sektor pertanian hal ini ditunjang dengan keadaan tanah di Kerajaan Pajang sangat ini merupakan triple junction antara kali Pepe, kali Dengkeng dan sungai Bengawan Solo. Kali Pepe dan kali Dengkeng memiliki muara mata air dari Merapi, sedangkan sungai Bengawan Solo memiliki muara mata air yang berasal dari Gunung demikian, Kerajaan Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian. Bahkan sempat menjadi lumbung beras selama abad ke- 16 sampai 17. Irigasi persawahan berjalan lancar dan cukup untuk satu tahun berkat aliran air dari kali Pepe, kali Dengkeng, dan sungai Bengawan Solo sehingga hasil pertanian di Pajang melimpah Dede Maulana, 2015 37.Namun, masyarakat Pajang memiliki kelemahan dalam bidang perdagangan sebab letak Kerajaan Pajang yang berada di pedalaman serta masyarakat Pajang yang kurang menguasai perdagangan yang berbasis laut. Padahal saat itu perdagangan di laut sedang populer, Kerajaan Pajang menjadi tertinggal dengan kerajaan lain di bidang ekonomi ini membuat perekonomian Pajang sedikit berantakan tetapi Hadiwijaya mengatasi hal itu dengan pengembangan komoditas seni-budaya yang sosfistikasi, dapat dilihat dari adanya kampung batik Sosial Budaya Kerajaan PajangKerajaan Pajang merupakan kerajaan islam yang masih menganut beberapa tradisi hindu dan jawa. Penduduk Pajang kala itu juga tetap melakukan tradisi-tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang budaya yang terjadi antara agama islam dengan hindu pun sangat terlihat. Salah satunya dapat dilihat pada bentuk arsitektur Masjid Laweyan yang mirip dengan bentuk Kelenteng ini mendapat pengaruh yang kuat dari kebudayaan hindu-jawa. Letak masjid yang berada di atas bahu jalan merupakan salah satu ciri dari pura hindu. Memang dulunya Masjid Laweyan adalah bekas pura hindu yang dipimpin seorang biksu, namun seiring dengan banyak masyarakat yang memeluk islam lalu oleh Sultan Hadiwijaya bangunan tersebut diubah menjadi masjid Dede Maulana, 2015 40.Dalam kehidupan agamanya, ajaran Islam Kejawen berkembang pesat di Kerajaan Pajang. Sultan Hadiwijaya membuka kesempatan untuk masuknya aliran Islam Kejawen yang sebelumnya dilarang di Kerajaan Pajang merupakan kerajaan Islam, namun corak yang berkembang berbeda, aliran tauhid murni bergeser ke pinggir. Sedangkan penganut kejawen mulai mendapatkan tempatnya disini. Penyebabnya adalah Sultan Hadiwijaya, selaku raja di Kerajaan Pajang merupakan panata gama Khalifatullah tanah Jawa yang menganut Manunggaling Kawula Hadiwijaya secara tegas menyatakan bahwa Ki Ageng Tingkir sebagai gurunya, adalah pengikut ajaran Syekh Siti Jenar. Demikian juga, Ki Ageng Pemanahan, yang nantinya akan mendirikan Kerajaan Mataram adalah penganut Manunggaling Kawula Gusii, menurut paham itu Tuhan bersemayam dalam diri manusia hakikatnya berasal dari hanyalah gambaran nyata dari Tuhan Yang Maha Ghaib, pencipta alam semesta. Ajaran Islam yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar ini melahirkan juga ajaran yang ditulis, berupa suluk dan pedalaman masih menerima agama islam hanya untuk abon – aboning ngaurip atau sebagai kelengkapan hidup saja. Aliran ini dihidupkan kembali sejak kekuasaan Pajang hingga Pajang masih bernuansa islam namun adat istiadat masih dipertahankan. Seperti adat walon, yakni tata krama yang diberikan sejak kasatupan, pendidikan pribadi yang ditempuh dengan melalui cara tertentu meliputi ngelmu jaya kawijayan yaitu pendidikan yang tujuannya untuk mendapat kesaktian dengan bertapa, berpuasa dan ada ngelmu pengawikan, yakni pendidikan yang tujuannya untuk menguasai berbagai ilmu seperti ilmu tentan atau menjinakkan binatang dan benda juga ngelmu kasantikan, yakni, pendidikan yang tujuannya untuk memiliki kebijaksanaan dan kesempurnan hidup. Demikianlah ajaran Islam Kejawen berkembang di Kesultanan Hadiwijaya Laili Affidah, 2011 60&71.Kehidupan Politik Kerajaan PajangKerajaan Pajang merupakan kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai lanjutan dari Kerajaan pertamanya bernama Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya mewarisi Demak karena faktor politik serta berdasarkan garis keturunan yang masih memiliki darah dari raja itu, Sultan Hadiwijaya juga merupakan menantu dari Sultan Trenggono raja ke-3 Demak. Pada awal berdirinya tahun 1549, kekuasaan Kerajaan Pajang hanya Jawa Tengah saja karena di Jawa Timur sudah banyak wilayah yang melepaskan diri sejak Sultan Trenggono Hadiwijaya dan Adipati Jawa Timut dipertemukan oleh Sunan Prapen di Giri Kedaton pada tahun 1568. Dalam pertemuan itu, para adipati sepakat untuk mengakui kedaulatan Kerajaan Pajang atas wilayah di Jawa Panji Wiryakama dinikahkan dengan putri Sultan Hadiwijaya sebagai ikatan politik. Sultan Hadiwijaya semakin memperluas wilayah kekuasaannya, ia berhasil menguasai yang bernama Raden Pratanu atau Panembahan Lemah Dhuwur juga dijadikan menantu oleh Hadiwijaya Laili Affidah, 2011 50.Setelah sepeninggal Sultan Hadiwijaya pada 1587, Kerajaan Pajang digantikan oleh Arya Pengiri anak dari Sunan Prawoto, sultan Demak yang terbunuh akibat konflik dengan Arya kepemimpinan Arya Pengiri tidak terlalu bijaksana, ia disibukkan dengan balas dendam dan ingin melakukan penaklukan terhadap Mataram sehingga kesejahteraan rakyat ini membuat Pangeran Benawa, putra dari Sultan Hadiwijaya yang berada di Jipang merasa prihatin. Pangeran Benawa juga merasa tidak puas karena berada di lingkungan asing yaitu Jipang padahal ia seharusnya menjadi putra mahkota di Kerajaan lalu bersekutu dengan Sutawijaya, penguasa Mataram untuk menyerbu Pajang, terjadi pertempuran singkat antara kerajaan pajang dengan mataram dan jipang. Lalu, Arya Pengiri kalah dan kekuasaan Pajang beralih kepada Pangeran Benawa yang dalam memerintah didampingi oleh Benawa hanya berlangsung sekitar satu tahun saja, setelah itu ia wafat atau menurut cerita tutur lain ia meninggalkan Pajang untuk membaktian diri pada agama di Parakan De Graaf, 1985 212-213.Setelah kepemimpinan Benawa, tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang berangsur-angsur menjadi wilayah bawahan Mataram yang saat itu kekuasaannya sudah cukup kuat Alifah, 2010 95.Setelah Kerajaan Pajang menjadi bawahan Kerajaan Mataram. Pajang diperintah oleh bupati yaitu Gagak Bening dan Pangeran Benawa II. Setelah pemerintahan Pangeran Benawa, Pajang diperintah oleh Gagak Bening yang merupakan seorang Pangeran Mataram adik dari Sutawijaya. Dalam pemerintahanya ia melakukan banyak perombakan dan perluasan pemerintahan digantikan oleh Pangeran Benawa II yang merupakan cucu dari Sultan Hadiwijaya. Berikutini adalah nama-nama raja yang mengisi daftar silsilah pemimpin Kerajaan Pajajaran. Ulasannya adalah sebagai berikut: 1. Sri Baduga Maharaja. Sumber: Halo Bogor. Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja merupakan pendiri sekaligus raja pertama dari Kerajaan Pajajaran. Ia resmi menjadi raja pada tahun 1482 Masehi. KPZC8.
  • nr3db6f1dn.pages.dev/322
  • nr3db6f1dn.pages.dev/56
  • nr3db6f1dn.pages.dev/574
  • nr3db6f1dn.pages.dev/357
  • nr3db6f1dn.pages.dev/191
  • nr3db6f1dn.pages.dev/86
  • nr3db6f1dn.pages.dev/262
  • nr3db6f1dn.pages.dev/74
  • kehidupan politik kerajaan pajajaran