Hadis2 Arbain Nawawi. iman - islam - ihsan 1. beliau berkata aku mendengar Al-Fudhail bin 'Iyadh berkata tentang firman Allah: "Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya", beliau berkata: 'Maksudnya, dia ikhlas dan benar dalam melakukannya. Sebab amal yang dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benarSekarang kita masuk bahasan terakhir dari hadits kedua Arbain An-Nawawiyah tentang ihsan dan tanda kiamat. Kali ini melanjutkan ihsan dan tanda kiamat dari hadits Jibril, hadits Al-Arbain An-Nawawiyah kedua. Inilah pembahasan terakhir dari hadits kedua tersebut. Lanjutan dari hadits Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu, قَالَ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ ” أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ ” قَالَ صَدَقْتَ , قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ , قَالَ ” أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ , فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ ” قَالَ , فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ , قَالَ ” مَا المَسْئُوْلُ بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ ” قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا . قَالَ ” أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ” . ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَا , ثُمَّ قَالَ ” يَا عُمَر , أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟” , قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ , قَالَ ” فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ ” رَوَاهُ مُسْلِمٌ Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.” Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang kiamat.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,” Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Selanjutnya orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Jika seorang budak wanita melahirkan majikannya; jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan.” Kemudian orang tadi pergi, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?” Saya menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu.” HR. Muslim, no. 8 Pelajaran Bagian Keempat dari Hadits 02 1- Ihsan itu berarti berbuat baik yaitu berbuat baik dalam menunaikan kewajiban pada Sang Khaliq, di mana ibadah dilakukan ikhlas karena-Nya dan ittiba’ mengikuti tuntunan Rasul-Nya. Siapa saja yang ikhlas dan mengikuti tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dialah yang disebut telah berbuat ihsan. Adapun berbuat ihsan kepada makhluk adalah berbuat baik kepada sesama melalui harta, kedudukan dan lainnya seperti dijelaskan dalam hadits ke-17 dari Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah. 2- “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya” maksudnya ibadah tersebut dibangun di atas keikhlasan dan ittiba’ mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Seakan-akan melihat-Nya maksudnya adalah ibadah itu dilakukan atas dasar cinta kepada Allah. Sebab cinta inilah yang mendorong seseorang melakukan ibadah. 3- “Jika engkau tidak melihat-Nya, sungguh Allah melihatmu”, maksudnya beribadahlah kepada Allah atas dasar takut kepada-Nya. Jika kita menyelisihi hal itu, maka Allah melihat kita yaitu Allah akan memberikan siksaan. 4- Sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, derajat ihsan ada dua a derajat thalab, b derajat harb. Derajat thalab adalah kita beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya. Derajat harb adalah kita beribadah kepada Allah dan yakin Allah melihat kita, maka takutlah akan siksa-Nya. Derajat thalab lebih tinggi dibandingkan dengan derajat harb. 5- Dalam ihsan ada kadar wajib yang mesti dipenuhi yaitu seorang hamba harus beribadah dengan baik pada Allah dengan ikhlas dan ittiba’. Ada pula kadar mustahab sunnah yaitu beribadah kepada Allah pada maqam muraqabah atau maqam musyahadah. Maqam muraqabah adalah meyakini bahwa Allah melihat kita. Inilah maqamnya kebanyakan manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat, وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآَنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.” QS. Yunus 61 Juga dalam hadits disebutkan sebagai berikut, إِذَا قُمْتَ فِى صَلاَتِكَ فَصَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ وَلاَ تَكَلَّمْ بِكَلاَمٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ عَمَّا فِى أَيْدِى النَّاسِ “Jika engkau shalat, kerjakanlah seperti shalat orang yang akan berpisah; janganlah berbicara dengan perkataan yang engkau nanti akan meminta maaf di hari esok, dan janganlah berharap terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.” HR. Ibnu Majah, no. 4171 dan Ahmad, 5412; dari Abu Ayyub. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, صَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ، فَإِنَّكَ إِنْ كُنْتَ لَا تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، وَأْيَسْ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ تَكُنْ غَنِيًّا، وَإِيَّاكَ وَمَا يُعْتَذَرُ مِنْهُ “Shalatlah seperti shalat orang yang akan berpamitan, maka sesungguhnya Engkau, jika Engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Dan tak perlu banyak berharap pada sesuatu yang ada di tangan orang lain, engkau pasti akan menjadi kaya; dan berhati-hatilah dari yang nanti akan dimintai alasannya.” HR. Al-Baihaqi dalam Az-Zuhud Al-Kabir, 2210. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih karena banyak penguatnya. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1914. Maqam musyahadah berarti kita beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya yaitu melihat nama dan sifat Allah serta pengaruhnya, bukan melihat zat Allah secara langsung seperti diyakini oleh kaum sufi. Maqam ini lebih tinggi dibandingkan maqam muraqabah. 6- As-saa’ah adalah waktu saat manusia berdiri keluar dari kuburnya menghadap Rabbul alamin, yaitu hari berbangkit. Disebut as-saa’ah karena kiamat itu bala’ musibah yang besar seperti disebutkan dalam ayat, يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ “Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar dahsyat.” QS. Al-Hajj 1 7- Ilmu tentang hari kiamat, kapan pastinya hari kiamat datang hanyalah menjadi ilmu Allah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang ditanya saja menjawab bahwa ia tidak lebih tahu dari yang bertanya Jibril. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah sampai-sampai menegaskan, “Wajib bagi kita mendustakan setiap orang yang menyatakan bahwa batasan umur dunia sekian dan sekian di masa akan datang. Siapa yang berani menyatakan seperti itu atau membenarkannya, maka ia kafir.” Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, hlm. 65. Dalam ayat disebutkan, يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا “Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.” Dan tahukah kamu hai Muhammad, boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” QS. Al-Ahzab 63 8- Kiamat akan datang dengan melewati tanda-tanda terlebih dahulu. Allah Ta’ala berfirman, فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ “Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat yaitu kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang?” QS. Muhammad 18 9- Para ulama seperti Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah membagi tanda datangnya kiamat menjadi tiga a tanda yang sudah berlalu dan berakhir, b tanda yang akan terus berulang tanda wustha, c tanda yang menunjukkan semakin dekatnya hari kiamat tanda kubra. 10- Tanda kiamat yang disebutkan dalam hadits Pertama Seorang budak melahirkan majikannya. Hal ini ada dua makna yaitu 1 semakin banyak perbudakan di akhir zaman sehingga ada anak perempuan yang dilahirkan dari seorang budak dan anak perempuan itu merdeka sedangkan budak wanita sebagai ibunya tetaplah budak; 2 semakin banyak anak yang durhaka di akhir zaman karena ada anak perempuan yang bertingkah laku sebagai majikan dan ibunya diperlakukan sebagai budaknya. Kedua Orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan. Artinya banyak orang miskin yang menjadi kaya dan berlomba-lomba meninggikan dan memperbagus bangunan. 11- Malaikat bisa berjalan dan bisa berubah bentuk menyerupai manusia. 12- Manusia asalnya tidak bisa melihat malaikat. 13- Seorang alim boleh mengajukan pertanyaan pada murid-muridnya tentang berbagai hal yang belum diketahui. 14- Yang bertanya suatu ilmu bisa menjadi orang yang mengajarkan ilmu kepada orang-orang yang mendengar jawabannya. 15- Yang ditanyakan dalam hadits ini adalah masalah diin masalah agama. Diin dalam hal ini ada tiga tingkatan a Islam memiliki lima rukun, b Iman memiliki enam rukun, c Ihsan memiliki satu rukun yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya; jika tidak melihatnya, yakinlah Allah itu melihat kita. 16- Seorang muslim hendaklah mempelajari agamanya tidak sekedar mengaku sebagai seorang muslim saja lantas tidak mengetahui dalam ajaran Islam itu terdapat apa saja. Sehingga penting mempelajari Islam, Iman dan Ihsan. Demikian nasihat dari Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizahullah. Semoga bermanfaat hadits Jibril dan menjadi pelajaran bagi kita semua. Referensi Al-Minhah Ar-Rabbaniyyah fii Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan pertama, Tahun 1429 H. Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan. Penerbit Darul Ashimah. Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam fii Syarh Khamsiina Haditsan min Jawami’ Al-Kalim. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Ibnu Rajab Al-Hambali. Tahqiq Syu’aib Al-Arnauth. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh. Penerbit Darul Ashimah. — Disusun di Pesantren Darush Sholihin, Jumat pagi, 20 Rabi’ul Awwal 1439 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Imankepada Rasul mengandung empat unsur : Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah. Barangsiapa mengingkari risalah mereka, walaupun hanya seorang, maka menurut pendapat seluruh ulama, ia dikatakan kafir, sebagaimana firman Allah dalam surat Asy Syu'araa'/26 ayat 105.
HaditsArbain Nawawi 15: Berkata yang Baik atau Diam. Berikut ini hadits Arbain Nawawi 15, penjelasan dan fiqih atau kandungan haditsnya. Arbain Nawawi (الأربعين النووية) adalah kumpulan hadits pilihan yang disusun oleh Imam An Nawawi rahimahullah. Jumlahnya hanya 42 hadits, tetapi mengandung pokok-pokok ajaran Islam. 1.
- Dari Umar radhiyallahu anhu pula dia berkataعَنْ عُمَرَ رضي الله عنه أَيضاً قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً. قَالَ صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ. Pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya, Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan mendekatkan lututnya lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, seraya berkata Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?’ Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah Al Haram jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.” Laki-laki tersebut berkata Engkau benar.’ Maka kami pun terheran-heran padanya, dia yang bertanya dan dia sendiri yang membenarkan jawabannya. Dia berkata lagi “Jelaskan kepadaku tentang iman?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Iman itu adalah Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.” Ia berkata Engkau benar.’ Kemudian laki-laki tersebut bertanya lagi Jelaskan kepadaku tentang ihsan?’ Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Ihsan adalah Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sungguh Diamelihatmu.” Dia berkata “Beritahu kepadaku kapan terjadinya kiamat?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Ia berkata “Jelaskan kepadaku tanda-tandanya!”
KITABArbainNawawiyah adalah kumpulan hadis yang ditulis oleh Allamah Syekh Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Murri al-Hizami an-Nawawi atau yang lebih dikenal dengan Imam An-Nawawi. Kitab Arbain Nawawiyah ini berisi 42 buah hadis yang diriwayatkan oleh berbagai imam hadis, seperti Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, Nasa'i, dan lainnya.Di kalangan santri atau ulama, kitab ini sangatlah
Kali ini melanjutkan rincian dari rukun iman secara singkat. Lanjutan dari hadits Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu, قَالَ صَدَقْتَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” HR. Muslim, no. 8 Cakupan Beriman Kepada Allah Beriman kepada Allah mencakup empat hal Beriman kepada wujud Allah. Barangsiapa mengingkari keberadaan Allah, maka dia bukan orang yang beriman. Namun tidak mungkin ada orang yang mengingkari wujud Allah Ta’ala sampai pun Fir’aun sebagaimana Nabi Musa pernah berkata padanya yang artinya, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata.” QS. Israa’ 102 Beriman kepada rububiyah Allah yaitu meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb sebagai Pencipta, Pemberi Rezeki, Pemilik dan Pengatur alam semesta. Beriman kepada uluhiyah Allah yaitu meyakini bahwa Allah satu-satunya yang berhak diibadahi, segala ibadah hanya boleh ditujukan pada Allah. Beriman kepada nama dan sifat Allah yang menetapkan apa yang ditetapkan-Nya untuk diri-Nya dalam Al-Qur’an dan dalam sunnah Rasul-Nya dengan penetapan yang layak bagi Allah tanpa melakukan tahrif penyelewengan, ta’thil penolakan, takyif menyatakan hakikat, dan tamtsil memisalkan dengan makhluk. Cakupan Beriman Kepada Malaikat Malaikat adalah makhluk ghaib. Malaikat diciptakan dari cahaya. Malaikat tidaklah makan dan minum. Malaikat merupakan makhluk yang padat tanpa berongga. Malaikat itu bergolong-golongan, dan tugas mereka pun bermacam-macam sesuai dengan hikmah Allah. Beriman kepada malaikat mencakup beberapa perkara Beriman pada nama-nama mereka yang kita ketahui dan yang tidak kita ketahui. Ada malaikat yang memiliki nama dan tugas tertentu Jibril ditugaskan menyampaikan wahyu kepada para Rasul-Nya yang turun dari sisi Allah. Mikail ditugaskan mengurus hujan dan tumbuhan bumi. Israfil ditugaskan meniup sangkakala. Malik yaitu malaikat penjaga neraka. Ridwan yaitu malaikat penjaga surga. Munkar dan Nakir yang bertugas menanyai mayit dalam kubur. Malaikat maut yang bertugas mencabut nyawa. Penyebutan dengan Izra’il tidak memiliki dalil pendukung dari Al-Qur’an dan hadits yang shahih. Malaikat yang bertugas mencatat setiap amal perbuatan manusia, sifatnya adalah raqib selalu mengawasi dan atid selalu hadir. Malaikat yang bertugas berkeliling ke majelis ilmu dan majelis dzikir. Malaikat yang bertugas menemui orang beriman pada hari kiamat. Malaikat yang bertugas memberi perhormatan pada penduduk surga. Malaikat yang bertugas mengaminkan orang yang berdoa pada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya. Malaikat yang bertugas mendoakan di pagi hari bagi yang rajin bersedekah mengeluarkan nafkah dan doa jelek bagi yang malas. Harut dan Marut dalam kisah Sulaiman seperti disebut dalam surah Al-Baqarah ayat 102. Cakupan Beriman Kepada Kitab Allah Beriman kepada kitab Allah mencakup beberapa perkara Mengimani bahwa Allah Ta’ala telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada setiap Rasul, dan kitab-kitab itu berasal dari sisi Allah. Tetapi kita tidak mengimani bahwa kitab-kitab selain Al-Qur’an yang ada pada umat-umat sekarang berasal dari Allah karena telah terjadi penyimpangan dan perubahan. Mengimani kebenaran pemberitaan di dalamnya, seperti kabar-kabar Al-Qur’an dan kabar-kabar yang ada pada semua kitab terdahulu yang belum dirubah atau diselewengkan. Mengimani hukum-hukum yang terdapat dalam semua kitab terdahulu yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Jadi syariat terdahulu yang tidak bertentangan dengan syariat kita merupakan syariat kita juga. Kita mengimani nama-nama seluruh kitab yang telah kita ketahui seperti Al-Qur’an, Taurat, Injil, Zabur serta Shuhuf lembaran Ibrahim dan Musa. Al-Qur’an adalah penyempurna dan penghapus kitab-kitab sebelumnya yang pernah ada. Al-Qur’an adalah kalamullah firman Allah. Diturukan oleh Allah lewat Ruhul Amin Jibril kemudian ditanamkan dalam hati sayyidul mursalin Nabi Muhammad dengan bahasa Arab yang terang. Al-Qur’an diturunkan dari Allah dan bukan makhluk. Cakupan Beriman Kepada Rasul Nabi adalah seseorang yang diberi wahyu berupa syari’at dan diperintahkan untuk mengamalkannya, tetapi tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya. Sedangkan Rasul diutus untuk menyampaikan risalah yang bertentangan dengan kondisi umatnya. Beriman kepada Rasul mencakup beberapa perkara Beriman pada seluruh rasul tidak membeda-bedakannya karena Rasul adalah penyampai wahyu dari Allah pada hamba. Mengufuri sebagian Rasul sama seperti mengufuri lainnya. Beriman pada Nabi pertama adalah Adam dan Rasul pertama adalah Nuh. Meyakini ada rasul yang paling utama adalah dari kalangan ulul azmi yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Ajaran para rasul itu sama yaitu menyerukan untuk mentauhidkan Allah dan meninhggalkan kesyirikan walaupun syariatnya berbeda-beda. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah penutup para Rasul, tidak ada lagi nabi setelah beliau. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam itulah yang wajib diikuti untuk saat ini. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah penghulu para Rasul rasul yang paling utama, penerima syafa’atul uzma maqomam mahmuda, menjadi pemegang kunci pintu surga pertama kali dan umat Muhammad yang pertama kali masuk surga. Cakupan Beriman Kepada Hari Akhir Beriman kepada hari akhir mencakup beberapa hal Beriman bahwa kiamat akan terjadi dan beriman pada kejadian-kejadiannya seperti manusia akan melihat Allah kelak di akhirat. Beriman kepada setiap apa yang Allah sebutkan dalam kitab-Nya dan apa yang telah shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam dari perkara-perkara yang akan terjadi pada hari kiamat seperti manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak disunat, buhman sama sekali tidak membawa harta apa pun. Beriman kepada nikmat dan siksa kubur. Beriman kepada tanda-tanda hari kiamat seperti munculnya Dajjal, datangnya Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa bin Maryam, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, keluarnya dabbah binatang, dan terbitnya matahari dari arah tenggelamnya. Beriman kepada peniupan sangkakala, syafa’at, hisab, mizan timbangan, pembagian catatan amal, al-haudh telaga, ash-shirath titian, surga dan neraka, juga penyembelihan al-maut. Cakupan Beriman Kepada Takdir Beriman kepada takdir mencakup beriman pada empat perkara Al-Ilmu ilmu yaitu mengimani bahwa Allah mengetahui segala yang terjadi di alam ini, baik secara global maupun secara terperinci, baik kaitannya dengan perbuatan Allah maupun perbuatan hamba; Al-Kitabah pencatatan yaitu segala sesuatu telah dicatat oleh Allah; Al-Masyi’ah kehendak yaitu apa yang telah Allah kehendaki pasti terjadi, yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi; Al-Kholq penciptaan yaitu segala yang ada di alam ini adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Ta’ala, ada yang hasil perbuatan Allah seperti turunnya hujan, tumbuhnya tanaman dan ada yang merupakan perbuatan hamba. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” QS. Ash-Shaaffaat 96 Semoga bermanfaat. Masih berlanjut pada penjelasan hadits Jibril selanjutnya. Referensi Alam Al-Malaikah Al-Abrar. Cetakan Tahun 1425 H. Prof. Dr. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar. Penerbit Dar An-Nafais. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Lum’ah Al-I’tiqad. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. — Disusun di Pesantren Darush Sholihin, Jumat siang, 14 Shafar 1439 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
HaditsArbain adalah kumpulan hadits yang dikumpulkan oleh Imam Nawawi untuk memudahkan kaum muslimin dalam memahami Islam. Kumpulan hadits yang terkemas dalam kitab Arbain Nawawi ini berisikan 40 hadits utama yang mengandung esensi kehidupan umat Islam.. Sebenarnya, ada banyak kitab hadits Arbain yang disusun oleh beberapa ulama, tetapi kitab Arbain dari Imam Nawawi-lah yang terkenal dan